DIRI & IDENTITAS DIRI
Sebelum kita mempelajari pemahaman diri……………………..
Sebenarnya apa sih pemahaman diri itu???
Sebagian besar orang merasa kesulitan untuk memhami dirinya
Namun hal itu tidak menjadi masalah, jika kita bisa dapat memahami kelebihan dan kekurangan kita………
Bagaimana dengan pemahaman diri pada bayi dan anak ???
Pemahaman diri adalah representasi kognitif anak mengenai diri, dan merupakan substansi dan isi dari konsepsi diri anak.
Pemahaman diri anak sebagian di sadari oleh berbagai kategori peran dan keanggotaan yang mendefinisikan siapa anak tersebut. (Darmon & Hart, 1988)
Pada penelitian di dalam buku psikologi anak terbitan erlangga jilid II, menemukan bahwa ketika bayi berusia di bawah 1 tahun, mereka tidak menyadari bahwa diri merekalah yang terlihat di cermin. (Amsterdam, 1968 : Lewis & Brooks-Gunn, 1979)
Tanda-tanda adanya pengenalan diri baru muncul pada saat bayi berusia 15 sampai 18 bulan. (Hart & Karmel, 1996 ; Lewis dkk, 1989)
MASA KANAK-KANAK AWAL
Terdapat karakteristik utama pemahaman diri pada anak-anak.
1. Kebingungan mengenai diri, pikiran dan tubuh.
Bagi anak-anak pada masa kanak-kanak awal menganggap dirinya seperti padaanggota tubuhnya, sperti : kepala, tangan, telingan, kaki dan lain-lain.
2. Deskripsi konkret.
Pada anak-anak prasekolah menggambarkan dirinya dengan menggunakan istilah konkret, misalnya : aku bisa mandi sendiri, aku bisa menulis, aku bisa membaca dan sebagainya.
3. Deskripsi fisik.
Pada anak yang usianya berkisar 4 tahunan, menggambarkan dirinya dengan menggunakan perbandingan dengan teman yang lain secara fisik.
Biasanya seperti : aku berbeda dengan tomi, karena badanku lebih tinggi, aku berbeda dengan kakak, karena aku lebih kecil.
4. Deskripsi Aktif.
Pada anak-anak usia sekolah awal ini lebih mendidripsikan dirinya dengan berkaitan pada sebuah aktivitas permainan. Seperti : aku suka sekali bermain mobil-mobilan, kan lebih seru.
5. Estimasi berlebihan yang positif dan tidak realistis.
Seorang anak akan lebih sering menganggap dirinya mampu dalam melakukan sesuatu, namun kenyataanya tidak seperti itu dan bersifat positif.
Contoh : aku uda bisa mengaji al-qur’an lho, padahal sesungguhnya tidak.
Hal itu terjadi disebabkan : anak masih kesulitan antara kemampuan yang sebenarnya dengan kemampuann yang di inginkannya, belum mampu dalam menghasilkan ideal-self yang berbeda dari real-self , dan jarang terlibat dalam perbandingan sosial, seperti bagaimana mereka dibandingkan dengan orang lain.
6. Ketidakmampuan untuk mengenali lawan atribut yang mungkin ada.
Evaluasi diri anak-anak sering kali juga mencerminkan ketidakmampuan mereka untuk menyadari bahwa mereka memiliki atribut yang berlawanan, sperti baik dan buruk.
Selman mengemukakan teori perkembangan mengenai tahapan pengambilan perspektif, yang terdiri dari 5 tahap :
1. 0 --> Sudut pandang egosentris --> 3-5 --> Anak sudah memiliki kemampuan membedakan diri dengan org lain, namun gagal membedakan perspektif sosial (perasaan, pikiran) diri sendiri dan org lain.
2. 1--> Sosial-informasional --> 6-8 --> Anak sadar bahwa org lain memiliki perspektif sosial berdasarkan cara pkir mereka, yang mungkin saja sama atau berbeda dengan yg ia miliki
3. 2--> Refleksi diri--> 8-10 -->Anak paham bahwa setiap individu sadar akan adanya perspektif org lain dan kesadaran ini saling mempengaruhi sudut padang satu sama lain.
4. 3-->Matual--> 10-12 -->Remaja menyadari bahwa diirinya dan org lain dapat saling melihat satu sama lain sebagai subjek secara mutual dan simultan.
5. 4--> System sosial dan konvensional --> 12-15 --> Remaja menyadari pengambilan perspektif yang berlangsung mutual tidak selalu megnhasilkan perasaan memahami yang lengkap.
Pengambilan perspektif pada anak-anak tidak hanya meningkatkan pemahaman diri mereka tetapi juga memperbaiki status mereka dalam pergaulan dan kualitas pertemanan yang mereka miliki.
SELF-ESTEEM dan KONSEP DIRI
Self esteem menjelaskan image atau penilaian positif seseorang untuk dirinya, evaluasi global seseorang mengenai dirinya.
Konsep diri menjelaskan tentang evaluasi yg dominan –spesifik yang dilakukan seseorng terhadap dirinya.
Beberapa penelitian menemukan bahwa bahwa self-esteem menurun ketika anak pada masa remaja, terlebih pada perempuan, tetapi masih ada kontroversi mengenai seberapa jauh self esteem berubah pada setiap rentang usia.
Dalam penelitian Coopersmith, self esteem anak-anak berhubungan dengan penerimaan orang tua dan pemberian kebebasan pada anak dalam batasan yang jelas.
jadi dapat di ambil garis besarnya adalah bahwa identitas diri dan konsep diri dapat berkembang dan meningkat itu sangat berkaitan dengan peran orang tua pada anaknya.
alhamdulillah yg ke3 uda kelar...
BalasHapusresikoya data gak hilang........
jd ngulang lagi dech...
hehehe.....
tmen2 comment ya
yuhu, numpang ngebrel,, blognya bagus,, isinya huga bagus,, saran ne, besok-besok bikin esay aja ttg perkembangan, jd ga hanya seputar teori-teori aja, yg murni punyamu,, hohohoho
BalasHapuskasi komen blogku juga ya... udah tak link kok,, tinggal diikuti aja,, atau silahkan mampir di renyahdanenak.blogspot.com,, yuk nggosip bareng-bareng sambil nyemil-nyemil di blogku
BalasHapusoke,,,,,,,,,,
BalasHapustar ak coba bwt esay dech...
hehehe, mksh ya ats masukannya.....